Pernahkah Kamu Kehilangan Minat? Inilah Apatis! - Alim Yuparham

Pernahkah Kamu Kehilangan Minat? Inilah Apatis!

 Apatis adalah sebuah kondisi di mana seseorang kehilangan minat atau kepedulian pada suatu hal. Orang yang mengalami apatis cenderung tidak memiliki perasaan positif ataupun negatif terhadap suatu hal atau situasi. Mereka tidak tertarik untuk terlibat dalam aktivitas atau hubungan sosial yang biasanya memberikan kebahagiaan atau kepuasan. Istilah apatis berasal dari bahasa Yunani "apatheia" yang berarti "tanpa emosi" atau "tanpa perasaan".

Terdapat beberapa hal yang dapat menjadi penyebab terjadinya apatis, di antaranya adalah trauma atau kejadian yang menyakitkan secara emosional, stres yang berlebihan, gangguan kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan, kurangnya keterlibatan sosial, atau bahkan penggunaan obat-obatan terlarang.

Apatis dapat berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang. Orang yang mengalami apatis mungkin merasa tidak bahagia atau tidak merasa memiliki tujuan dalam hidupnya. Hal ini dapat memperburuk keadaan dan menyebabkan depresi atau gangguan kesehatan mental lainnya. Selain itu, apatis juga dapat memengaruhi hubungan sosial seseorang, karena mereka cenderung tidak tertarik untuk terlibat dalam kegiatan bersama atau menjalin hubungan yang positif dengan orang lain.

apatis
sc: media.istockphoto.com

Untuk mengatasi apatis, ada beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, seseorang perlu menyadari bahwa ia mengalami apatis dan mencari bantuan jika perlu. Konseling atau terapi dapat membantu seseorang untuk mengatasi masalah emosional yang mendasari apatis tersebut. Kedua, seseorang perlu berusaha untuk lebih terlibat dalam aktivitas sosial atau kegiatan yang membuatnya merasa bahagia atau berguna. Ini dapat membantu meningkatkan motivasi dan mengembalikan minat pada hal-hal yang sebelumnya tidak menarik. Ketiga, seseorang perlu menjaga kesehatan fisik dan mentalnya dengan mengonsumsi makanan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan memiliki waktu tidur yang cukup.

Selain itu, penting juga untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman-teman. Mereka dapat memberikan dukungan dan membantu seseorang merasa lebih terhubung dengan dunia luar. Selain itu, mencari kegiatan atau hobi yang baru juga dapat membantu meningkatkan minat seseorang dan memberikan rasa kepuasan yang lebih besar.

Namun, terkadang apatis juga dapat menjadi reaksi yang alami dalam situasi tertentu, seperti saat seseorang mengalami kesedihan atau kekecewaan yang mendalam. Dalam situasi ini, seseorang perlu memberikan waktu untuk diri sendiri dan merespons secara alami. Namun, jika apatis terus berlanjut dan memengaruhi kesehatan mental seseorang, perlu dicari solusi untuk mengatasinya.

Referensi:

American Psychological Association. (2020). Apathy. Diakses dari https://www.apa.org/topics/apathy
Lázaro-Muñoz, G., & De la Fuente, J. (2018). Psychological factors associated with apathy in young adults. Psicothema, 30(1), 60-66.
Marin, R. S. (2016). Apathy: A neuropsychiatric syndrome. Journal of Neuropsychiatry and Clinical Neurosciences, 28(1), 1-13.
Schrijvers, D., Hulstijn, W., & Sabbe, B. G. (2008). Psychomotor symptoms in depression: a diagnostic, pathophysiological and therapeutic tool. Journal of affective disorders, 109(1-2), 1-20.
Sockeel, P., Dujardin, K., Devos, D., Denève, C., Destée, A., & Defebvre, L. (2006). The Lille apathy rating scale (LARS), a new instrument for detecting and quantifying apathy: validation in Parkinson’s disease. Journal of Neurology, Neurosurgery & Psychiatry, 77(5), 579-584.