Contoh Makalah ! Pengembangan Media dan Sumber Belajar !
Maaf Tidak dapat di salin, Namun Anda dapat mengetiknya kembali
Terimah kasih
Pendidikan
merupakan upaya untuk mempersiapkan generasi muda dalam menyambut dan
menghadapi perkembangan jaman di era global. Maka pendidikan harus dilaksanakan
sebaik mungkin sehingga menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan
meningkatnya kualitas sumber daya manusia. Perkembangan teknologi berdampak
pada bidang pendidikan. Proses pembelajaran tidak terlepas dari media, metode,
dan hasil belajar. Media dapat digunakan sebagai sarana dalam memberikan materi
pendidikan yang disampaikan oleh guru kepada siswa. Sedangkan metode belajar
mengatur pada pengorganisasian bahan ajar dan strategi penyampaiannya.
Selanjutnya hasil belajar diukur dengan efektif dan efisien untuk mengetahui
kemampuan dan minat siswa terhadap mata pelajaran.
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib, 2004). Oleh karena itu pendidikan diharapkan benar-benar diarahkan untuk menjadikan peserta didik mampu mencapai proses pendewasaan dan kemandirian.
1. Apakah
pengertian media pembelajaran, sumber belajar, dan pengembangan media
pembelajaran ?
2. Apakah
fungsi dan manfaat media pembelajaran ?
3. Apa itu klasifikasi media pembelajaran ?
1. Untuk mengetahui pengertian media
pembelajaran, hasil belajar, dan pengembangan media pembelajaran
2. Untuk mengetahui fungsi dan manfaat
media pembelajaran
3. Untuk mengetahui klasifikasi media
pembelajaran
A. Pengertian Media Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Pengembangan Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin
dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah dapat
diartikan sebagai perantara atau pengantar. Rossi dan Breidle (1966),
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat
dipakai untuk tujuan pendidikan, seperti radio, televisi, buku, koran, majalah,
dan sebagainya.
Media pada hakekatnya merupakan salah
satu komponen sistem pembelajaran. Sebagai komponen, media hendaknya merupakan
bagian integral dan harus sesuai dengan proses pembelajaran secara menyeluruh.
Ujung akhir dari pemilihan media adalah penggunaaan media tersebut dalam
kegiatan pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa dapat berinteraksi dengan
media yang dipilih.
Menurut Wina Sanjaya, media berlaku
untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan,
media pengantar magnet atau panas dalam bidang teknik. Media digunakan dalam
bidang pendidikan sehingga istilahnya menjadi media pendidikan.[1]
Menurut Dina Indriana menjelaskan
bahwa media adalah alat bantu yang sangat bermanfaat bagi para siswa dan
pendidik dalam proses belajar dan mengajar. Sedangkan menutur AECT tahun 1979
mengartikan media sebagai bentuk saluran untuk proses transmisi informasi.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media
adalah alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan
kepada penerima pesan.
Association for Education and
Communication Technology (AECT), mengartikan kata media sebagai segala bentuk dan saluran
yang dipergunakan untuk proses informasi. National Education Association
(NEA) mendefinisikan media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasikan,
dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.
Sedangkan HEINICH, dkk (1982) mengartikan istilah media sebagai “the term
refer to anything that carries information between a source and a receiver”.
Menurut Yusufhadi Miarso, media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta
dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali.[2]
Menurut Nasution, media pengajaran
adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni penunjang penggunaan metode mengajar
yang dipergunakan guru. Sedangkan menurut Azhar Arsyad, media pembelajaran
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan
minat siswa dalam belajar. Berdasarkan uraian para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran adalah alat yang
dapat membantu proses belajar mengajar sehingga makna pesan yang disampaikan
menjadi lebih jelas dan tujuan pendidikan atau pembelajaran dapat tercapai
dengan efektif dan efisien.[3]
Sumber belajar merupakan kebutuhan
pokok dalam dunia pendidikan. Sumber belajar (learning resources) adalah semua
sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh
peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi
sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu.Hasil belajar adalah hasil pembelajaran dari suatu individu
tersebut berinteraksi secara aktif dan positif dengan lingkungannya. Menurut
Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Selanjutnya Winkel menyatakan bahwa
hasil belajar merupakan suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik
pribadi seseorang dan kemungkinan orang itu melakukan sesuatu sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
Adapun para ahli telah mengemukakan
pendapat tentang pengertian sumber belajar sebagai berikut:
1. Menurut Yusufhadi Miarso adalah
segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan,
baik secara tersendiri maupun terkombina-sikan dapat memungkinkan terjadinya
belajar.
2. Edgar Dale mengemukakan sumber
belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi
belajar seseorang.
3. Menurut Rohani sumber belajar
(learning resources) adalah segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
4. Association Educational Communication
and Technology (AECT), yang menyatakan bahwa sumber belajar adalah semua sumber
baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan siswa dalam
belajar, baik secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa
dalam mencapai tujuan belajar.
Dari beberapa pendapat yang telah
dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sumber
belajar adalah segala sesuatu yang berasal dari luar diri seseorang yang dapat
memungkinkan terjadinya proses belajar.
3. Pengembangan
Media Pembelajaran
Secara garis besar kegiatan pengembangan
media pembelajaran terdiri atas tiga langkah besar yang harus dilalui, yaitu
kegiatan perencanaan, produksi dan penilaian. Sementara itu, dalam rangka
melakukan desain atau rancangan pengembangan program media. Arief Sadiman, dkk,
memberikan urutan langkah-langkah yang harus diambil dalam pengembangan program
media menjadi 6 (enam) langkah sebagai berikut:
1)
Menganalisis
kebutuhan dan karakteristik siswa
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan
antara apa yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita
mengharapkan siswa dapat melakukan sholat dengan baik dan benar, sementara
mereka baru bisa takbir saja, maka perlu dilakukan latihan untuk ruku, sujud,
dan seterusnya.
Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga
perlu menganalisis karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan
pengetahuan atau keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara
mengetahuinya bisa dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat
disederhanakan dengan cara mengenalisa topic-topik materi ajar yang dipandang
sulit dan karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula
dapat ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk
rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam). contoh
melakukan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa:
Siswa MI diharapkan sudah berprilaku hidup sehat dengan rajin
menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi 2 kali sehari, selalu
berpakaian rapih dan tidak jajan sembarangan. namun dalam kenyataannya tidak
sesuai dengan harapan. dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana meningkatkan
sikap siswa untuk hidup bersih.
Adanya kebutuhan tersebut seyogyanya menjadi dasar pijakan
dalam membuat media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media
dapat berfungsi dengan baik. dan media yang digunakan siswa, haruslah relevan
dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
2)
Merumuskan
tujuan intruksional (Instructional objective) dengan operasional dan khas
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan
kita. Tujuan dapat memberikan arah tindakan yang kita lakukan. Dalam proses
belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting.
Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia harus pergi
kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan. Tujuan ini
merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus dapat dilakukan siswa
setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk dapat merumuskan tujuan
instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan yang harus diingat, yaitu:
a) Tujuan instruksional harus
berorientasi kepada siswa. Artinya tujuan instruksional itu benar-benar harus
menyatakan adanya prilaku siswa yang dapat dilakukan atau diperoleh setelah
proses belajar dilakukan.
b) Tujuan harus dinyatakan dengan kata
kerja yang operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu
prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur. Sebuah tujuan pembelajaran
hendaknya memiliki empat unsur pokok yang dapat kita akronimkan dalam ABCD
(Audience, Behavior, Condition, dan Degree). Penjelasan dari masing-masing
komponen tersebut sebagai berikut:
A = Audience
adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan sasaran pembelajaran
B = Behavior
adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan
setelah pembelajaran berlangsung
C = Condition
adalah menyebutkan kondisi yang
bagaimana atau dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau
keterampilannya
D = Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal
yang diharapkan dapat dicapai.
3)
Merumuskan
butir-butir materi secara terperinci yang mendukung tercapainya tujuan
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub
kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran,
sehingga materi yang disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah daftar
butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari
yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang
konkrit kepada yang abstrak.
4)
Mengembangkan
alat pengukur keberhasilan
Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih
dahulu sebelum naskah program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran yang
disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan, penugasan atau
cheklist prilaku.
Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika
melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan alat
pengukurnya tes, maka siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes tersebut.
Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah siswa menunjukkan penguasaan materi
yang baik atau tidak dari efek media yang digunakannya atau dari materi yang
dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka dimanakah letak
kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai tanggapan tentang media
tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun efektifitas penyajiannya.
5)
Menulis
naskah media
Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran
melalui media rancangan yang merupakan
penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik.
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Supaya materi pembelajaran itu dapat
disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan
atau gambar yang kita sebut naskah program media.
Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita
dalam memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar
dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang perlu
diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam. Dalam teknis
penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal
dari adanya ide dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
selanjutnya pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment,
penulisan naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai
naskah siap diproduksi.
Ada beberapa macam bentuk naskah program media, namun pada
prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha
memproduksi media pembelajaran. Naskah program media terdiri dari urutan
gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan suara
atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut
dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau
grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca
narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan.\
Petunjuk praktis untuk menulis naskah narasi:
a)
.
Tulisan singkat, padat dan sederhana
b)
.
Tulisan seperti menulis judul berita, pendek dan tepat, berirama dan mudah
diingat
c)
.
Tulisan tidak harus berupa kalimat yang lengkap
d)
.
Pikirkan frase yang dapat melengkapi visual dan tuntun siswa kepada hal-hal
yang penting
e)
.
Hindari istilah teknis, kecuali jika istilah itu diberi batasan atau digambarkan
f)
.
Tulisan dalam kalimat aktif
g)
.
Usahakan setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata. diperkirakan dalam setiap
kalimat memakan waktu satu tayangan visual kurang dari 10 detik
h)
.
setelah menulis narasi, baca narasi itu dengan suara keras
i)
. Edit dan revisi naskah narasi itu sebagaimana
perlunya
6)
Mengadakan
penilaian (evaluasi media) dan revisi
Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui
tingkat efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang
diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program media yang oleh pembuatnya
dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau sukar dipahami
atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang ditujunya, maka program
semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.
Evalusi media pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau
kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala
media atau alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut dapat mencapai
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran,
pertanyaan pokok yang sering muncul adalah apa yang harus dievaluasi. Ini
berarti, setiap evaluator untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penggunaan
media.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek
psikologis perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat
orang memiliki gaya
belajar berbeda. Menurut Michael Gardner ada tiga gaya
belajar yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara
melihat), gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya
belajar kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui
perseorangan atau melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu
dalam proses pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang
dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal yang
dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes.
Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang
telah dikemukakan, maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap media
pembelajaran. Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari evaluasi formatif
dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan data tentang efektifitas dan efisien bahan-bahan pembelajaran
(dalam hal ini medianya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data
tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan
disempurnakan, maka data akan dikumpulkan untuk menentukan apakah media
tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau media tersebut
benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi inilah yang
kemudian disebut dengan evaluasi sumatif.
Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai suatu media
pembelajaran diantaranya adalah:
a)
Evaluasi
satu lawan Satu
Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa
(tidak lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari media
yang dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau
media itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya,
sementara pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah
dipilih tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang berkemampuan
yang umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata.
Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan akademis
populasi target dipertimbangkan.
b)
Evaluasi
kelompok kecil
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa
yang dapat mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab
kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang dapat
menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau
informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk
dianalisis dalam kelompok kecil.
Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan
karakteristik populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang
kurang pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan
latar belakang.
c)
Evaluasi
Lapangan
Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif
yang perlu dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin
dengan situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah
media yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih
harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita
buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih
sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti
kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan
belajar, dan lain sebagainya sesuai dengan karakteristik sasaran.
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah
dianggap tidak ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah
media tersebut siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah
dilakukan produksi ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada beberapa
kekurangan dari aspek materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara)
maka dalam kasus seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap
aspek yang dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan
dari media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah menerima
pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut.
B. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Media pembelajaran sangat penting
dalam proses pembelajaran karena guru dapat menyampaikan materi kepada siswa
menjadi lebih bermakna. Guru tidak hanya menyampaikan materi berupa kata-kata
dengan ceramah tetapi dapat membawa siswa untuk memahami secara nyata materi
yang di sampaikan tersebut. Menurut Wina Sanjaya, ada beberapa fungsi dari penggunaan
media pembelajaran yaitu:
1. Fungsi komunikatif
Media pembelajaran
digunakan untuk memudahkan komunikasi antara penyampai pesan dan penerima
pesan. Sehingga tidak ada kesulitan dalam menyampaikan bahasa verbal dan salah
persepsi dalam menyampaikan pesan.
2.
Fungsi
motivasi
Media pembelajaran
dapat memotivasi siswa dalam belajar. Dengan pengembangan media pembelajaran
tidak hanya mengandung unsur artistic saja akan tetapi memudahkan siswa
mempelajari materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan gairah siswa untuk belajar.
3.
Fungsi
kebermaknaan
Penggunaan media
pembelajaran dapat lebih bermakna yakni pembelajaran bukan hanya meningkatkan
penambahan informasi tetapi dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk
menganalisis dan mencipta.
4.
Fungsi
penyamaan persepsi
Dapat menyamakan
persepsi setiap siswa sehingga memiliki pandangan yang sama terhadap informasi
yang di sampaikan
5.
Fungsi
individualitas
Dengan latar
belakang siswa yang berbeda, baik itu pengalaman, gaya belajar, kemampuan siswa
maka media pembelajaran dapat melayani setiap kebutuhan setiap individu yang
memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda.[4]
Media pembelajaran
juga mempunyai fungsi yang lain
yaitu sebagai berikut:
1)
Menangkap
suatu obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu
2)
Dapat
diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau audio
3)
Memanipulasi
keadaan atau obyek tertentu
4)
Melalui
media pembelajaran guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak
menjadi konkret sehingga mudah dipahami
5)
Menambah
gairah dan motivasi belajar siswa
6)
Dengan
penggunaan media, perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dapat lebih
meningkat.[5]
Dengan
adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi maka guru dalam memberikan
materi pelajaran harus mengikuti kemajuan tersebut. Guru harus dapat
menggunakan media pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa. Sehingga siswa dapat dengan mudah menerima pelajaran
yang di berikan oleh guru.
Menurut
Nasution, manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut :
1) Pengajaran lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
2)
Bahan
pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami siswa,
serta memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran dengan baik.
3)
Metode
pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi verbal melalui
penuturan kata-kata lisan pengajar, siswa tidak bosan, dan pengajar tidak
kehabisan tenaga.
4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan
belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasa dari pengajar saja, tetapi
juga aktivitas lain yang dilakukan seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lainya.
Sedangkan
Azhar Arsyad memberikan kesimpulan dari penggunaan media pembelajaran di dalam
proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1) Media pembelajaran dapat memperjelas
penyajian pesan dan informasi sehingga memperlancar dan meningkatkan proses dan
hasil belajar.
2)
Media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan
lingkungan.
3)
Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu. Objek yang
terlalu besar untuk ditampilkan di ruang kelas dapat diganti dengan foto,
slide, film. Sedangkan objek yang terlalu kecil dapat disajikan dengan bantuan
mikroskop, film, slide, gambar. Begitu pula kejadian yang langka yang terjadi
di masa lalu dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide.
4) Media pembelajaran dapat memberikan
kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa di lingkungan mereka
Dari
beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan ada beberapa manfaat dari media
pembelajaran, yaitu:
1) Manfaat media pembelajaran bagi guru,
yaitu: memberikan pedoman bagi guru untuk mencapai tujuan pembelajaran sehingga
dapat menjelaskan materi pembelajaran dengan urutan yang sistematis dan
membantu dalam penyajian materi yang menarik untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
2) Manfaat media pembelajaran bagi
siswa, yaitu: dapat meningkatkan motivasi dan minat belajara siswa sehingga
siswa dapat berpikir dan menganalisis materi pelajaran yang diberikan oleh guru
dengan baik dengan situasi belajar yang menyenangkan dan siswa dapat memahami
materi pelajaran dengan mudah.
C. Klasifikasi
Media Pembelajaran
Ada berbagai jenis media pembelajaran
yang dapat digunakan oleh guru dalam proses belajara mengajar. Guru harus dapat
memilih jenis media pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam mengajar
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.
Menurut Nana Sudana dan Ahmad Rivai,
media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi yaitu:
1)
Dilihat
dari sifatnya, media dibagi ke dalam:
a) Media auditif, yaitu media yang hanya
di dengar saja.
b) Media visual, yaitu media yang hanya
dilihat saja.
c) Media audiovisual, yaitu jenis media
yang selain mengandung unsur suara juga mengandung unsur gambar yang bisa
dilihat.
2)
Dilihat
dari kemampuan jangkauannya media dapat di bagi ke dalam:
a) Media yang memiliki daya liput yang
luas dan serentak seperti radio dan televise.
b) Media yang mempunyai daya liput yang
terbatas oleh ruang dan waktu seperti film slide, film, video
3)
Dilihat
dari cara atau teknik pmakaiannya, media dibagi ke dalam:
a) Media yang di proyeksikan seperti
film, slide, film strip, transparansi.
b) Media yang tidak diproyeksikan
seperti gambar, foto, lukisan, radio
Sedangkan menurut Yusufhadi Miarso,
pengklasifikasian media berdasarkan ciri-ciri tertentu dikenal dengan taksonomi
media, yaitu:
1)
Media
penyaji, yang terdiri dari:
a) Kelompok satu: Grafis, Bahan Cetak,
dan Gambar Diam
b) Kelompok Dua: Media Proyeksi Diam
c) Kelompok Tiga: Media Audio
d) Kelompok Empat: Audio ditambah Media
Visual Diam
e) Kelompok Lima: Gambar Hidup (film)
f) Kelompok Eman: Televisi
g) Kelompok Tujuh: Multimedia
2)
Media
Objek
Media objek adalah benda tiga dimensi
yang mengandung informasi, tidak dalam bentuk penyajian tetapi melalui ciri
fisiknya seperti ukuran, berat, bentuk, susunan, warna, fungsi.
3)
Media
Interakti
Dengan media ini siswa tidak hanya
memperhatikan penyajian atau objek tetapi berinteraksi selama mengikuti
pelajaran.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai,
ada beberapa jenis media pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran, yaitu:
1.
Media
grafis
Disebut juga media dua dimensi yaitu
media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar seperti gambar, foto,grafik,
bagan atau diagram, poster, kartun, komik.
2.
Media
tiga dimensi
Dalam bentuk model seperti model
padat, model penampang, model susun, model kerja, diorama.
3.
Media
proyeksi
Seperti slide, film strips, film
4.
Penggunaan
lingkungan sebagai media pengajaran.
Dari pendapat para ahli di atas maka, secara umum dapat
mengelompokan media menjadi
a)
Media
auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti tape
recorder.
b)
Media
Audio, yang mengandalkan kemampuan suara seperti radio, kaset dan sebagainya.
c)
Media
visual yaitu media yang menampilkan gambar diam seperti , foto, lukisan dan
sebagainya.
d)
Media
audiovisual, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar seperti film, video.
1)
Media sangat penting untuk kepentingan proses pembelajaran.
Dengan adanya media proses pembelajaran akan semakin efektif serta dapat
menambah pengalaman siswa dalam proses belajaranya. Guru diharapkan agar dapat
mengembangkan serta memanfaatkan media dan sumber belajar yang ada.
2)
Oleh karena itu guru juga harus mnguasai serta
memahami media-media yang ada dan mengimplementasikannya dalam proses
pembelajran. Semakin berkembangnya teknologi ini dapat membantu proses
pembelajaran ini akan semakin mempermudah siswa dan guru dalam proses
pembelajaran.
3)
Guru juga harus mengetahui setiap karakteristik
siswanya. Sehingga, guru dapat memberikan dan sumber belajar yang sesuai dengan
kebutuhan siswa-siswanya yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
4) Media dan sumber belajar ini diharapkan mampu membuat siswa ikut dan aktif dalam proses pembelajaran. Apalagi dalam proses pembelajaran siswa diharapkan aktif dalam proses pembelajaran tersebut.
Demikian
makalah tentang Pengembangan Media Dan Sumber Belajar ini, tentu saja masih
banyak sekali kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Daftar
Pustaka
jhonilagunsiang.
(2016, Maret Rabu). PENGEMBANGAN MEDIA DAN SUMBER BELAJAR. Retrieved
from TEKNOLOG PENDIDIKAN:
https://jhonilagunsiangwordpresscom.wordpress.com/2016/03/02/pengembangan-media-dan-sumber-belajar/
Muhson, A. (2010).
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI, VIII, 1-10.
Nasution. (1990). Berbagai
Pendekatan dalam Proses Belajar-Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Nurrita, T. (2018).
268180802. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK, 03.
Sudjana, N. d.
(2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
[1] Sanjaya,
Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan
(Jakarta: Prenada Media, 2011), hlm 163.
[2] Miarso
Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Hlm 458.
[3] Nasution,S.
Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar-Mengajar (Jakarta: Bina Aksara
1990), hlm 7
[4] Sanjaya,
Wina, Media Komunikasi Pembelajaran (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2014), 73-75.
[5]
Sanjaya, Wina, Media Komunikasi Pembelajaran (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2014), 70-72.
Komentar